KEENAN
Anggapan
Keenan pada Archie saat mereka bertemu adalah luka yang tak ingin diingatnya
kembali. Ketika semua ada didepannya, Keenan tak ingin menggali lagi kenangan
yang sudah dikuburnya dalam-dalam. Karena dulu sosok Archie baginya dan bagi kehidupannya
hanyalah seorang penjahat yang tak layak hidup. Hanya saja Tuhan terlalu baik
memberikan kasih yang sempurna pada hidup Archie.
Saat
semua mata menatap ke arahnya dengan perasaan cemas menunggu jawaban dari
mulutnya, gadis kecil itu menundukkan kepala menatap jari-jari mungilnya yang
bertaut satu sama lain. Dirasa tubuhnya gemetaran. Matanya yang berkaca-kaca
itu mulai retak. Keenan terus bungkam.
“Apa
kamu tidak mau memaafkan aku, nak?” Archie mengulang kembali pertanyaan yang
sama.
Lagi-lagi
Keenan tak menjawab. Telinganya begitu gatal tatkala Archie menyebutnya anak.
Seumur hidupnya Keenan tak pernah merasa punya Ayah. Baginya Archie bukanlah
ayah yang sesungguhnya. Bukan ayah yang
digambarkan dalam imajinasi masa kecilnya. Keenan tak pernah diajak bicara
olehnya apalagi dibelai selayaknya seorang ayah yang memberikan kasih sayang
pada putrinya. Archie tak pernah ada setiap Keenan mendambakan sosok ayah dalam
hidupnya.
Kini
pada detik terakhir hidupnya Archie
mengucapkan kata yang selama ini dipendam dalam hatinya. Kata yang sudah
lama ingin ia katakan pada putri kecilnya itu. Tapi Keenan sudah tak mau
peduli. Menurutnya mati adalah pilihan yang terbaik untuk Archie. Jika ia
diberi waktu lebih lama lagi untuk hidup akan lebih banyak lagi dosa yang ia
perbuat. Pun kebencian dalam hati Keenan yang membuatnya semakin bersalah.
Dalam
benak Keenan selalu hanya Mami. Sosoknya begitu lugu dan lembut. Selalu
mengalah, pasrah dan sabar. Mami yang mengajarkan arti kehidupan di keluarganya. Keluarga yang
selalu jauh dari keharmonisan dan rasa damai. Keluarga yang tak kenal satu sama
lain. Keluarga yang isinya hanya orang asing.
Jika
Keenan membayangkan wajah Mami yang seakan menari-nari dipelupuk matanya, maka
jatuhlah air mata pengabdian yang tiada habisnya. Keenan sangat kasihan pada Mami yang selalu disakiti
Archie. Keenan sangat tahu betapa sulit hidup bersama orang seperti Archie. Tapi entah kenapa Mami begitu
kuat dan tegar. Selalu mempertahankan apa yang seharusnya ia lepaskan. Mami
seharusnya dari dulu menceraikan Archie, begitu permintaan anak-anaknya. Tapi,
Mami tak pernah mau mengabulkan. Mami selalu mengatakan jika sudah waktunya
nanti Archie akan berubah menjadi ayah yang baik dan mencintai keluarganya.
Kini
Archie terbaring kaku di rumah sakit. Kata maaf dari Keenan tak mampu
menahannya lebih lama lagi. Seketika itu
hilang segala angkuh dan arogansi dalam dirinya, yang terlihat hanya wajah tua
yang tak berdaya. Seandainya kenyataan itu diketahuinya sejak dulu mungkin ia
akan sangat menghormati Archie.
Keenan
memeluk erat lelaki itu.
"Ayah...,"
ucapnya lirih. Air matanya tumpah ruah karena perasaan bersalah.
###
“Mi,
Keenan boleh minta sepatu baru? sepatu Keenan yang lama udah bolong gak bisa
dipakai lagi," pinta Keenan pada Mami seraya menunjukkan sepatu yang penuh
sulaman kain bekas.
Sejak
satu tahun bersekolah Keenan bertahan dengan sepatu warisan kakaknya itu. Ia
mengerti bagaimana keadaan keluarganya. Sedangkan untuk meminta kepada ayahnya
ia sangat ragu.
Mami
membuka dompet usang dari balik bajunya. Dilihatnya satu lembar uang kertas
berwarna biru pemberian anak sulungnya. Kakak Keenan tak tamat SMP dan lebih
memilih merantau meninggalkan rumah. Setiap akhir bulan ia mengirimkan uang
pada Mami dan Mami simpan untuk membeli beras. Namun, Mami terlalu sayang pada
putri bungsunya. Mami mengeluarkan uang tersebut dan memberikannya pada Keenan.
“Besok
beli sepatu baru ke pasar. Cari model sepatu yang kamu suka. Mudah-mudahan
uangnya mencukupi ya nak,” ujar Mami seraya mengusap kepala Keenan yang
ditutupi jilbab.
“Ini
uang dari kak Miftah kan Mi?”
“Iya.
Jangan khawatir insyaallah ini uang halal kok.”
Keenan
tersenyum lega lalu memeluk Mami. Dia merasa sangat beruntung dalam segala
kekurangan yang ia lalui di rumahnya, masih ada Mami yang luar biasa
menyayanginya.
Selepas
Isya ketika Keenan membantu Mami menyiapkan makan malam tiba-tiba ia mendengar
hentakan keras berasal dari ruang tamu. Seseorang telah membuka paksa pintu
yang terkunci. Keenan tak bereaksi sedikitpun dari tempatnya semula ia tetap
merapikan meja makan. Ia sudah bisa menebak siapa yang datang. Lelaki berkulit
putih itu hobi merusak segala benda yang ada di rumah ini, termasuk pintu.
Lelaki
itu berjalan terhuyung menuju kamar mandi. Ia memegangi dadanya yang dirasakan sangat
sesak. Tubuhnya yang mulai menua tak lagi gagah seperti dulu. Rambutnya yang
ditumbuhi beberapa uban tak merubah sifat keras dalam dirinya. Sesampai di
kamar mandi ia memuntahkan segala makanan yang masuk ke perutnya. Ia berjalan
terseok-seok keluar. Diseretnya kedua kaki yang tak mampu lagi menopang
badannya. Lalu ia terkapar di kursi kayu ruang tamu.
Mami
yang berada di dapur berlari tergopoh-gopoh menghampiri lelaki itu.
Dibawakannya air hangat dalam baskom dan handuk kecil. Mami melepas jaket dan
sepatu yang dikenakan lelaki itu dengan sigap. Kemudian Mami membersihkan sisa
muntah yang mengotori bajunya. Bau alkohol menyeruak dari mulutnya. Mami sudah
terbiasa. Dengan lemah lembut Mami membersihkan kaki lelaki yang telah menjadi
suaminya selama delapan tahun. Lelaki itu bernama Archie. Nama yang tertera
dalam kartu keluarga sebagai ayah Keenan. Namun Keenan tak mengenalnya lebih
dari sekadar nama.
Setiap
hari ia menyaksikan kejadian serupa berulang-ulang. Terkadang ia selalu
bertanya dalam benaknya, begitu cintakah Mami pada Archie sehingga ia rela
melakukan itu semua sedangkan Archie tak pernah peduli pada kehidupan mereka di
rumah? Archie pergi ketika Keenan dan Mami belum bangun dan pulang saat sudah
bersiap tidur. Setiap kali dia pulang selalu dalam keadaan mabuk dan merepotkan
Mami. Waktu pertemuan yang singkat tidak cukup untuk sekadar betegur sapa
dengannya.
Jika
seharian Archie ada di rumah, ia hanya bisa membuat keributan. Segala hal
sepele dipermasalahkannya. Sampai Keenan beranjak besar takpernah sama sekali
duduk manis berbincang dengan lelaki yang menyebutnya ayah itu.
“Keenan,
tolong cucikan pakaian kotor ini ya nak!
Besok pasti ditanyakan Archie.”
Kalau
bukan Mami yang menyuruh mungkin Keenan tidak akan sudi membersihkan pakaian
itu. Keenan bermalas-malasan menuju kamar mandi. Sebelum Keenan merendam baju
itu ke dalam ember yang siudah berisi air yang dicampur detergen Keenan
memeriksa terlebih dahulu isi sakunya ia takut ada benda penting yang bisa
rusak terkena air. Keenan tidak mau karena kecerobohannya Archie memarahi Mami
sampai dipukulnya Mami hingga luka. Sifat Archie yang ringan tangan bukan hanya
membuat Keenan tidak suka, tapi kepalang benci padanya.
Keenan
tertegun saat melihat banyak sekali struk dari restoran mewah dan ada struk
penarikan uang dari bank yang jumlahnya ratusan ribu. Pikirannya yang masih
polos menyangka Archie suka berpoya-poya dengan uang gajinya sebagai pensiunan
PNS. Ia tahu Mami tidak berani meminta uang sepeserpun dari Archie. Pun Archie
tidak pernah peka terhadap mereka. Archie tidak pernah mau tahu mereka makan
atau tidak sedangkan dia tidak pernah kekurangan sedikitpun. Dia lebih memilih
menraktir teman-temannya makan di restoran mewah atau memasang taruhan saat
main judi daripada memberikan sesuap nasi kepada istri dan anak-anaknya yang
jelas-jelas sebagai tanggung jawabnya. Keenan melempar pakaian yang dipegangnya
ke selokan. Giginya gemerutuk menahan kesal.
###
Dini
hari, Keenan terbangun dari tidurnya saat mendengar ada keributan di dapur.
Pertengkaran Mami dan Archie seakan didatangi raksasa besar yang akan
meluluhlantakkan seisi rumah. Terdengar suara Archie membentak Mami dengan
kata-kata kasar. Beberapa kali Archie meneriaki Mami sebagai perempuan laknat.
Keenan
segera beranjak dari tempat tidurnya mendekat ke sumber suara. Keenan berdiri
di balik pintu. Diam-diam ia menonton kejadian itu. Dia melihat banyak pecahan
piring di lantai. Ditengoknya Mami yang tertunduk pasrah, pipinya lebam dan
matanya sembab.
Keenan
tak tahu asal muasal penyebab pertengkaran itu. Ia berlari menghampiri Mami
saat Archie melayangkan sebatang kayu untuk memukul Mami. Keenan lebih dulu
melindungi Mami. Dipeluknya erat wanita malang itu. Kemudian Keenan merasakan
kepalanya terasa berat. Pandangan mengabut seakan waktu berhenti sejenak.
Tangannya berusaha menggapai rasa sakit yang membuatnya pening. Dirasakan ada
cairan yang mengalir deras dari kepalanya. Cairan itu merah lengket pada
rambutnya.
“Mami...,
Mami tidak apa-apa?” Keenan mengeja kalimat itu sebelum ia pingsan dipangkuan
Mami.
“Keenan…,
Bangun nak!” Mami menggoyang-goyangkan tubuh Keenan, tapi ternyata Keenan tetap
tidak mau membuka matanya.
Archie
masih berdiri terpaku memandang dengan tatapan kosong saat Mami khawatir
melihat keadaan anaknya. Mami tak kuasa menahan tangis. Ia bergegas menggendong
Keenan membawanya ke rumah sakit.
###
Dua
hari Keenan dirawat di rumah sakit, sedetikpun Archie tak tampak menengok
Keenan. Tak ada rasa bersalah apalagi merasa khawatir pada keadaan anaknya.
Keenan merasa Archie bukanlah ayah baginya karena dalam keadaan sakit yang
disebabkan olehnya pun Archie masih
tidak mau peduli. Keenan semakin benci pada ayahnya itu.
“Mami
berpisah saja dengan ayah. Itu akan lebih baik," pinta Keenan untuk
kesekian kalinya.
“Iya
Mi. Kalau Mami bercerai dengan Ayah kita bisa tinggal bersama lagi. Miftah akan
bekerja lebih giat lagi untuk makan kita sehari-hari," usul kakak Keenan.
“Mami
yakin waktu akan merubah perlakuan Archie. Suatu saat dia akan menjadi ayah
yang bertanggung jawab, perhatian dan menyayangi kita. InsyaAllah!”
“Sepertinya
kenyakinan Mami salah. Orang seperti ayah gak mungkin bisa berubah. Sifat
kerasnya sudah mendarahdaging. Mami lupa, dulu ayah hampir saja membunuhku
sampai aku meninggalkan rumah. Ayah sama sekali tidak peduli. Sekarang ayah
melakukan hal yang sama pada Keenan. Ayah masih gak mau berubah.”
“Mami
sangat mengerti perasaan kalian. Bertahun-tahun Mami hidup dengan Archie sangat
mengerti bahwa sebenarnya dialah yang dalam keadaan tertekan. Ada yang kalian
tidak tahu."
"Apa
lagi yang harus kami tahu? Kami sudah menyaksikan keadaan yang enggak bertambah
baik."
"Archie
adalah orang baik yang Mami kenal. Dia yang membimbing Mami mengenal Tuhan,
menilai baik buruknya hidup. Jika sekarang dia berubah haluan mungkin masanya
manusia saat terlalu kecewa dengan keadaan. Mami sudah tekankan beberapa kali
kalau sudah waktunya nanti Tuhan akan memberikannya hidayah. Archie kembali
menjadi baik."
"Ya,
aku tak pernah ragu jika ayah pernah khatam al-quran dan menghafal banyak
hadits. Ia menceramahiku beberapa kali. Mengingatkanku untuk tidak meninggalkan
sholat padahal ia sendiri tak pernah menyentuh sajadah," kenang Miftah.
Keenan
berusaha memahami jalan pikiran Mami. Keenan tahu Mami hanya berusaha yang
terbaik bukan berarti mengorbankan kebahagiaan dirinya maupun anak-anaknya
seperti yang ada dalam pikiran Keenan. Keadaan ini tidak lain disebabkan oleh
lelaki bedebah itu, Archie! Dia memenjarakan Mami dan Keenan demi
mempertahankan egonya. Entah apa yang dia cari. Mungkin kepuasaan karena bisa
melampiaskan kemarahannya setiap hari atau mungkin jika Archie menceraikan Mami
tidak akan pernah ia dapatkan wanita sebaik Mami yang rela mengurus lelaki sepertinya.
###
“Ayo
pulang nak! Ayah ingin bertemu dengan Keenan. Katanya ada yang ingin dia
sampaikan pada Keenan,” bujuk Mami berulang kali.
Meskipun
Mami yang meminta, rupanya Keenan masih trauma untuk bertemu dengan Archie. Dia
belum siap berhadapan langsung dengan ayah yang hampir saja membunuhnya. Sudah
setengah tahun Keenan meninggalkan rumah dan tinggal bersama kakaknya, Miftah.
Dia tidak ingin pulang walaupun dipaksa. Keenan berencana jika ia minggat dari
rumah Mami ikut bersamanya. Maksud Keenan ingin memberi pengertian kepada
Archie bahwa ia masih membutuhkan Mami dan anak-anaknya. Tapi Mami tetap saja
tidak tega meninggalkan Archie sendiri.
“Kenapa
gak ayah aja yang datang ke sini?”
Mami
tertunduk lesu. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan.
“Archie
mengalami serangan jantung tadi pagi. Sekarang dia ada di rumah sakit. Mami
minta kalian datang menjenguk Archie. Kepada siapa lagi Mami harus minta tolong
kalau bukan pada anak-anak Mami.”
Ucapan
Mami membuat hati Keenan luluh. Keenan tertunduk memainkan ujung kerudungnya.
"Kalau
begitu bolehkah Keenan minta syarat?"
Mami
terperanjat. Ia menatap Keenan lekat. Gadis kecil itu tak bergeming.
"Apa
syaratnya?"
"Setelah
ini Mami tinggalkan Ayah!"
"Kenapa
kalian terus saja mendesak Mami untuk bercerai?"
"Karena
itu yang menurut kami terbaik," jawab Miftah yang tiba-tiba nimbrung.
"Kalian
gak akan mengerti. Kalau aja Archie bukan orang baik sudah seharusnya ia yang
menceraikan Mami. Tapi kenyataannya ia tak pernah mengucapkan kata itu."
"Apa
alasannya?" Keenan dan Miftah saling beradu pandang keheranan.
"Karena
hanya lelaki baik yang mau menikahi pelacur yang punya dua anak."
Akhirnya
aku mengerti. Ada hal yang ingin terulang, tapi ia perlahan beranjak
meninggalkan. Waktu.
Salman ITB, 19 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar