Jumat, 25 Desember 2015

CERPEN KEENAN DALAM BUKU UMRAH DAN ROTI TERLEZAT DI DUNIA

Edit Posted by with No comments




KEENAN

Anggapan Keenan pada Archie saat mereka bertemu adalah luka yang tak ingin diingatnya kembali. Ketika semua ada didepannya, Keenan tak ingin menggali lagi kenangan yang sudah dikuburnya dalam-dalam. Karena dulu sosok Archie baginya dan bagi kehidupannya hanyalah seorang penjahat yang tak layak hidup. Hanya saja Tuhan terlalu baik memberikan kasih yang sempurna pada hidup Archie.
Saat semua mata menatap ke arahnya dengan perasaan cemas menunggu jawaban dari mulutnya, gadis kecil itu menundukkan kepala menatap jari-jari mungilnya yang bertaut satu sama lain. Dirasa tubuhnya gemetaran. Matanya yang berkaca-kaca itu mulai retak. Keenan terus bungkam.
“Apa kamu tidak mau memaafkan aku, nak?” Archie mengulang kembali pertanyaan yang sama.
Lagi-lagi Keenan tak menjawab. Telinganya begitu gatal tatkala Archie menyebutnya anak. Seumur hidupnya Keenan tak pernah merasa punya Ayah. Baginya Archie bukanlah ayah yang sesungguhnya.  Bukan ayah yang digambarkan dalam imajinasi masa kecilnya. Keenan tak pernah diajak bicara olehnya apalagi dibelai selayaknya seorang ayah yang memberikan kasih sayang pada putrinya. Archie tak pernah ada setiap Keenan mendambakan sosok ayah dalam hidupnya.
Kini pada detik terakhir hidupnya Archie  mengucapkan kata yang selama ini dipendam dalam hatinya. Kata yang sudah lama ingin ia katakan pada putri kecilnya itu. Tapi Keenan sudah tak mau peduli. Menurutnya mati adalah pilihan yang terbaik untuk Archie. Jika ia diberi waktu lebih lama lagi untuk hidup akan lebih banyak lagi dosa yang ia perbuat. Pun kebencian dalam hati Keenan yang membuatnya semakin bersalah.
Dalam benak Keenan selalu hanya Mami. Sosoknya begitu lugu dan lembut. Selalu mengalah, pasrah dan sabar. Mami yang mengajarkan arti  kehidupan di keluarganya. Keluarga yang selalu jauh dari keharmonisan dan rasa damai. Keluarga yang tak kenal satu sama lain. Keluarga yang isinya hanya orang asing.
Jika Keenan membayangkan wajah Mami yang seakan menari-nari dipelupuk matanya, maka jatuhlah air mata pengabdian yang tiada habisnya. Keenan sangat  kasihan pada Mami yang selalu disakiti Archie. Keenan sangat tahu betapa sulit hidup bersama orang  seperti Archie. Tapi entah kenapa Mami begitu kuat dan tegar. Selalu mempertahankan apa yang seharusnya ia lepaskan. Mami seharusnya dari dulu menceraikan Archie, begitu permintaan anak-anaknya. Tapi, Mami tak pernah mau mengabulkan. Mami selalu mengatakan jika sudah waktunya nanti Archie akan berubah menjadi ayah yang baik dan mencintai keluarganya.
Kini Archie terbaring kaku di rumah sakit. Kata maaf dari Keenan tak mampu menahannya lebih lama lagi.  Seketika itu hilang segala angkuh dan arogansi dalam dirinya, yang terlihat hanya wajah tua yang tak berdaya. Seandainya kenyataan itu diketahuinya sejak dulu mungkin ia akan sangat menghormati Archie.
Keenan memeluk erat lelaki itu.
"Ayah...," ucapnya lirih. Air matanya tumpah ruah karena perasaan bersalah.
###
“Mi, Keenan boleh minta sepatu baru? sepatu Keenan yang lama udah bolong gak bisa dipakai lagi," pinta Keenan pada Mami seraya menunjukkan sepatu yang penuh sulaman kain bekas.
Sejak satu tahun bersekolah Keenan bertahan dengan sepatu warisan kakaknya itu. Ia mengerti bagaimana keadaan keluarganya. Sedangkan untuk meminta kepada ayahnya ia sangat ragu.
Mami membuka dompet usang dari balik bajunya. Dilihatnya satu lembar uang kertas berwarna biru pemberian anak sulungnya. Kakak Keenan tak tamat SMP dan lebih memilih merantau meninggalkan rumah. Setiap akhir bulan ia mengirimkan uang pada Mami dan Mami simpan untuk membeli beras. Namun, Mami terlalu sayang pada putri bungsunya. Mami mengeluarkan uang tersebut dan memberikannya pada Keenan.
“Besok beli sepatu baru ke pasar. Cari model sepatu yang kamu suka. Mudah-mudahan uangnya mencukupi ya nak,” ujar Mami seraya mengusap kepala Keenan yang ditutupi jilbab.
“Ini uang dari kak Miftah kan Mi?”
“Iya. Jangan khawatir insyaallah ini uang halal kok.”
Keenan tersenyum lega lalu memeluk Mami. Dia merasa sangat beruntung dalam segala kekurangan yang ia lalui di rumahnya, masih ada Mami yang luar biasa menyayanginya.
Selepas Isya ketika Keenan membantu Mami menyiapkan makan malam tiba-tiba ia mendengar hentakan keras berasal dari ruang tamu. Seseorang telah membuka paksa pintu yang terkunci. Keenan tak bereaksi sedikitpun dari tempatnya semula ia tetap merapikan meja makan. Ia sudah bisa menebak siapa yang datang. Lelaki berkulit putih itu hobi merusak segala benda yang ada di rumah ini, termasuk pintu.
Lelaki itu berjalan terhuyung menuju kamar mandi. Ia memegangi dadanya yang dirasakan sangat sesak. Tubuhnya yang mulai menua tak lagi gagah seperti dulu. Rambutnya yang ditumbuhi beberapa uban tak merubah sifat keras dalam dirinya. Sesampai di kamar mandi ia memuntahkan segala makanan yang masuk ke perutnya. Ia berjalan terseok-seok keluar. Diseretnya kedua kaki yang tak mampu lagi menopang badannya. Lalu ia terkapar di kursi kayu ruang tamu. 
Mami yang berada di dapur berlari tergopoh-gopoh menghampiri lelaki itu. Dibawakannya air hangat dalam baskom dan handuk kecil. Mami melepas jaket dan sepatu yang dikenakan lelaki itu dengan sigap. Kemudian Mami membersihkan sisa muntah yang mengotori bajunya. Bau alkohol menyeruak dari mulutnya. Mami sudah terbiasa. Dengan lemah lembut Mami membersihkan kaki lelaki yang telah menjadi suaminya selama delapan tahun. Lelaki itu bernama Archie. Nama yang tertera dalam kartu keluarga sebagai ayah Keenan. Namun Keenan tak mengenalnya lebih dari sekadar nama.
Setiap hari ia menyaksikan kejadian serupa berulang-ulang. Terkadang ia selalu bertanya dalam benaknya, begitu cintakah Mami pada Archie sehingga ia rela melakukan itu semua sedangkan Archie tak pernah peduli pada kehidupan mereka di rumah? Archie pergi ketika Keenan dan Mami belum bangun dan pulang saat sudah bersiap tidur. Setiap kali dia pulang selalu dalam keadaan mabuk dan merepotkan Mami. Waktu pertemuan yang singkat tidak cukup untuk sekadar betegur sapa dengannya.

Jika seharian Archie ada di rumah, ia hanya bisa membuat keributan. Segala hal sepele dipermasalahkannya. Sampai Keenan beranjak besar takpernah sama sekali duduk manis berbincang dengan lelaki yang menyebutnya ayah itu.
“Keenan, tolong cucikan pakaian  kotor ini ya nak! Besok pasti ditanyakan Archie.”
Kalau bukan Mami yang menyuruh mungkin Keenan tidak akan sudi membersihkan pakaian itu. Keenan bermalas-malasan menuju kamar mandi. Sebelum Keenan merendam baju itu ke dalam ember yang siudah berisi air yang dicampur detergen Keenan memeriksa terlebih dahulu isi sakunya ia takut ada benda penting yang bisa rusak terkena air. Keenan tidak mau karena kecerobohannya Archie memarahi Mami sampai dipukulnya Mami hingga luka. Sifat Archie yang ringan tangan bukan hanya membuat Keenan tidak suka, tapi kepalang benci padanya.
Keenan tertegun saat melihat banyak sekali struk dari restoran mewah dan ada struk penarikan uang dari bank yang jumlahnya ratusan ribu. Pikirannya yang masih polos menyangka Archie suka berpoya-poya dengan uang gajinya sebagai pensiunan PNS. Ia tahu Mami tidak berani meminta uang sepeserpun dari Archie. Pun Archie tidak pernah peka terhadap mereka. Archie tidak pernah mau tahu mereka makan atau tidak sedangkan dia tidak pernah kekurangan sedikitpun. Dia lebih memilih menraktir teman-temannya makan di restoran mewah atau memasang taruhan saat main judi daripada memberikan sesuap nasi kepada istri dan anak-anaknya yang jelas-jelas sebagai tanggung jawabnya. Keenan melempar pakaian yang dipegangnya ke selokan. Giginya gemerutuk menahan kesal.
###
Dini hari, Keenan terbangun dari tidurnya saat mendengar ada keributan di dapur. Pertengkaran Mami dan Archie seakan didatangi raksasa besar yang akan meluluhlantakkan seisi rumah. Terdengar suara Archie membentak Mami dengan kata-kata kasar. Beberapa kali Archie meneriaki Mami sebagai perempuan laknat.
Keenan segera beranjak dari tempat tidurnya mendekat ke sumber suara. Keenan berdiri di balik pintu. Diam-diam ia menonton kejadian itu. Dia melihat banyak pecahan piring di lantai. Ditengoknya Mami yang tertunduk pasrah, pipinya lebam dan matanya sembab.
Keenan tak tahu asal muasal penyebab pertengkaran itu. Ia berlari menghampiri Mami saat Archie melayangkan sebatang kayu untuk memukul Mami. Keenan lebih dulu melindungi Mami. Dipeluknya erat wanita malang itu. Kemudian Keenan merasakan kepalanya terasa berat. Pandangan mengabut seakan waktu berhenti sejenak. Tangannya berusaha menggapai rasa sakit yang membuatnya pening. Dirasakan ada cairan yang mengalir deras dari kepalanya. Cairan itu merah lengket pada rambutnya.
“Mami..., Mami tidak apa-apa?” Keenan mengeja kalimat itu sebelum ia pingsan dipangkuan Mami.
“Keenan…, Bangun nak!” Mami menggoyang-goyangkan tubuh Keenan, tapi ternyata Keenan tetap tidak mau membuka matanya.
Archie masih berdiri terpaku memandang dengan tatapan kosong saat Mami khawatir melihat keadaan anaknya. Mami tak kuasa menahan tangis. Ia bergegas menggendong Keenan membawanya ke rumah sakit.
###
Dua hari Keenan dirawat di rumah sakit, sedetikpun Archie tak tampak menengok Keenan. Tak ada rasa bersalah apalagi merasa khawatir pada keadaan anaknya. Keenan merasa Archie bukanlah ayah baginya karena dalam keadaan sakit yang disebabkan olehnya pun  Archie masih tidak mau peduli. Keenan semakin benci pada ayahnya itu.
“Mami berpisah saja dengan ayah. Itu akan lebih baik," pinta Keenan untuk kesekian kalinya.
“Iya Mi. Kalau Mami bercerai dengan Ayah kita bisa tinggal bersama lagi. Miftah akan bekerja lebih giat lagi untuk makan kita sehari-hari,"  usul kakak Keenan.
“Mami yakin waktu akan merubah perlakuan Archie. Suatu saat dia akan menjadi ayah yang bertanggung jawab, perhatian dan menyayangi kita. InsyaAllah!”
“Sepertinya kenyakinan Mami salah. Orang seperti ayah gak mungkin bisa berubah. Sifat kerasnya sudah mendarahdaging. Mami lupa, dulu ayah hampir saja membunuhku sampai aku meninggalkan rumah. Ayah sama sekali tidak peduli. Sekarang ayah melakukan hal yang sama pada Keenan. Ayah masih gak mau berubah.”
“Mami sangat mengerti perasaan kalian. Bertahun-tahun Mami hidup dengan Archie sangat mengerti bahwa sebenarnya dialah yang dalam keadaan tertekan. Ada yang kalian tidak tahu."
"Apa lagi yang harus kami tahu? Kami sudah menyaksikan keadaan yang enggak bertambah baik."
"Archie adalah orang baik yang Mami kenal. Dia yang membimbing Mami mengenal Tuhan, menilai baik buruknya hidup. Jika sekarang dia berubah haluan mungkin masanya manusia saat terlalu kecewa dengan keadaan. Mami sudah tekankan beberapa kali kalau sudah waktunya nanti Tuhan akan memberikannya hidayah. Archie kembali menjadi baik."
"Ya, aku tak pernah ragu jika ayah pernah khatam al-quran dan menghafal banyak hadits. Ia menceramahiku beberapa kali. Mengingatkanku untuk tidak meninggalkan sholat padahal ia sendiri tak pernah menyentuh sajadah,"  kenang Miftah. 
Keenan berusaha memahami jalan pikiran Mami. Keenan tahu Mami hanya berusaha yang terbaik bukan berarti mengorbankan kebahagiaan dirinya maupun anak-anaknya seperti yang ada dalam pikiran Keenan. Keadaan ini tidak lain disebabkan oleh lelaki bedebah itu, Archie! Dia memenjarakan Mami dan Keenan demi mempertahankan egonya. Entah apa yang dia cari. Mungkin kepuasaan karena bisa melampiaskan kemarahannya setiap hari atau mungkin jika Archie menceraikan Mami tidak akan pernah ia dapatkan wanita sebaik Mami yang rela mengurus lelaki  sepertinya.
###
“Ayo pulang nak! Ayah ingin bertemu dengan Keenan. Katanya ada yang ingin dia sampaikan pada Keenan,” bujuk Mami berulang kali.
Meskipun Mami yang meminta, rupanya Keenan masih trauma untuk bertemu dengan Archie. Dia belum siap berhadapan langsung dengan ayah yang hampir saja membunuhnya. Sudah setengah tahun Keenan meninggalkan rumah dan tinggal bersama kakaknya, Miftah. Dia tidak ingin pulang walaupun dipaksa. Keenan berencana jika ia minggat dari rumah Mami ikut bersamanya. Maksud Keenan ingin memberi pengertian kepada Archie bahwa ia masih membutuhkan Mami dan anak-anaknya. Tapi Mami tetap saja tidak tega meninggalkan Archie sendiri.
“Kenapa gak ayah aja yang datang ke sini?” 
Mami tertunduk lesu. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan.
“Archie mengalami serangan jantung tadi pagi. Sekarang dia ada di rumah sakit. Mami minta kalian datang menjenguk Archie. Kepada siapa lagi Mami harus minta tolong kalau bukan pada anak-anak Mami.”
Ucapan Mami membuat hati Keenan luluh. Keenan tertunduk memainkan ujung kerudungnya.
"Kalau begitu bolehkah Keenan minta syarat?"
Mami terperanjat. Ia menatap Keenan lekat. Gadis kecil itu tak bergeming.
"Apa syaratnya?"
"Setelah ini Mami tinggalkan Ayah!"
"Kenapa kalian terus saja mendesak Mami untuk bercerai?"
"Karena itu yang menurut kami terbaik," jawab Miftah yang tiba-tiba nimbrung.
"Kalian gak akan mengerti. Kalau aja Archie bukan orang baik sudah seharusnya ia yang menceraikan Mami. Tapi kenyataannya ia tak pernah mengucapkan kata itu."
"Apa alasannya?" Keenan dan Miftah saling beradu pandang keheranan.  
"Karena hanya lelaki baik yang mau menikahi pelacur yang punya dua anak."
Akhirnya aku mengerti. Ada hal yang ingin terulang, tapi ia perlahan beranjak meninggalkan. Waktu.


Salman ITB, 19 Oktober 2013

0 komentar:

Posting Komentar