Jumat, 25 Desember 2015

DRAMATISASIPUISI "KASIDAH RUMPUT"

Edit Posted by with No comments
 
DRAMATISASIPUISI "KASIDAH RUMPUT"
 
KASIDAH RUMPUT
PART 1

Rumput-rumput itu menggeliat diteriki panas matahari
tangkai-tangkai dan daun-daunnya kurus merana

Ilahi…

dendang sekelompok rumput-rumput di pinggiran jalan
setapak menuju sebuah mesjid. Rumput-rumput lain mendengar
dengan kagum menangkap kesyahduan suara

Ilahi…
dengarlah kasidah kami
kami rumput-rumput yang tumbuh sia-sia dan kerdil
adakah berguna dalam sitem PenciptaanMu, ya Ilahi..?

Tuhan tak menjawab dengan kata-kata

Ilahi …
dengarlah kasidah kami
dapatkah kami menjelmakan menjadi mawar atau melati
kami ingin menaikkan martabat diri?
Suara itu mengalir sunyi

Ilahi……



PART 2
Terdengar pula alunan lagu rumput-rumput yang tumbuh di sela-sela batu

Bertahun-tahun kami mereguk waktu
di tempat kering ini,
adakah kesempatan bagi kami untuk menikmati tanah
gembur dan terhindar dari terik sepanas ini

Angin mendesir melintasi hamparan rumput

Ilahi…

Berkali-kali rumput-rumput itu bersama-sama menyeru Tuhan dalam lagunya, berkali-kali angin mendesir menyapu hamparan rumput dan batu-batu, berkali-kali angin menerbangkan debu-debu

Ilahi….. ( Koor panjang dan syahdu)




PART 3
Ilahi
adakah masih kami bersangkut paut dengan dosa-dosa kami selama ini: amal kami tak seberapa, tapi dosa kami tak terhitung banyaknya?

Rumput-rumput itu terkini menangis dengan lagunya.

Ilahi………………….. ‘abdukal ‘ashi……..
Kami pasrah,
 maka limpahkanlah Taufiq dan Hidayah-Mu
Ya ilahi….., kami hambaMu yang maksiat………..!

Angin berhenti ditingkahi lagu
Lagu yang getir
Ialah kasidah taubat rumput-tumput

Ilahi……..

Ilahi…………… ‘abdukal ‘ash……………… ataak!
Kamilah rumput-rumput yang berdosa
Berpaling dariMu dan kini datang padaMu
Adakah engkau saksikan betapa getir perjalan spiritual kami? Sangat ingin kami menikmati kelezatan tarikat para wali yang sesungguhnya kami yakini, tapi sangat kami hindari



PART 4
Rumput-rumput itu menangis tanpa air mata tapi sedihnya tiada terkira

Matahari yang panasnya tidak kepalang tak kuasa lagi menyaksikan dan teriknya mulai berkurang,
menyembunyikan wajahnya dibalik awan.

wa ‘umri ….
wa ‘umri ….naqishun
fi kulli yauum
wa dzanbi….
wa dzanbi haizun
kaifahtimali…
usia kami, usia kami …..
dosa kami, dosa kami…..
tak kuasa lagi kami menanggungnya ya Ilahi…






PART 5

Udara  kini sejuk sekali
sekelompok mawar tangkai-tangkai dan bunga-bunganya bergoyang-goyang, seekor kupu-kupu, sayapnya indah terbang mengitari lalu hinggap pada kelopak dan mengecup putik sari,
berkali-kali,
terbang lagi berputar-putar dan mengitari

“Wahai mawar pujaan”
Suara kupu-kupu itu merayu dan amat syahdu
mawar itu diam mendengarkan memandang kupu-kupu itu dengan khusyuk.
“Wahai mawar pujaan,
bunga-bunga yang indah tiada terkira, kalian pujaanku!
sungguh aku tertawan oleh harum kalian,  tapi aku belum mendengar suara kalian.
kni saatnya kalian menyeru”

Mawar itu bergoyang-goyang
menebak-nebak siapa yang datang
Hanya seekor kupu-kupu, tapi bulu-bulunya betapa indah dan suaranya betapa menggugah”




PART 6

mawar-mawar itu tak henti-henti menggoyang-goyangkan tangkainya. dan berdzikir
Laihaha  illallah
Laihaha  illallah
Laihaha  illallah
 “Wahai Sahabat.”  mawar-mawar itu berseru.
dan rumput-rumput yang sejak tadi terdiam dan tak mengerti apa yang sedang terjadi, kini sadar.
Merekalah yang diseur.
Wahai sahabat.” mawar itu berseru berkali-kali.

Ya.” jawab rumput-rumput
Telah kami dengar kasidah dan tangis kalian.”
Ya kami bertaubat.”

Mawar-mawar itu menahan keharuan, nafasnya tersumbat kesedihan.
Wahai…” suara itu serak dan tersedat
“kalian kini bersujudlah dan menangis bersama kami!”


PART 7
Mawar-mawar itu bersujud dan menangis
Rumput-rumput bersujud dan menangis
Rumput-rumput di batu,
Rumput-rumput di jalanan,
semua,
semua bersujud
bersujud dan menangis,
subhanallah wabihamdihi
subhanallahil ‘adzim

subhanallah wabihamdihi                    (koor panjang dan menggema)
subhanallahil ‘adzim








PART 8
Tiba-tiba angin bertiup kencang sekali
menerbangkan debu-debu
menerpa batu-batu
rumput-rumput tercerabut dan diterbangkan
mawar-mawar tercerabut dan diterbangkan
tapi dzikir malah semakin menjadi:
“subhanallah wabihamdihi
subhanallahil ‘adzim
subhanallah wabihamdihi        
subhanallahil ‘adzim”

Angin reda
mawar dan rumput tegak dari sujud dan terperangah
“Hasbiyallah, apa yang terjadi?”
Mereka sama sekali tidak mengerti

Belum lagi mereka sadar benar,
dari sebuah ruang yang gelap dan sunyi
mengalirlah bau dan harum kesturi
dan gelap itu pun kini meledakkan cahaya
Cahaya!
Cahaya taubat rumput-tumput
Ilahi, Ilahi……………………………………

0 komentar:

Posting Komentar