Seperti biasanya, sepulang sekolah anak-anak Bebenyit nongkrong di basecamp. Bebenyit adalah sekelompok remaja beranggotakan enam orang. Silsilah bebenyit di bentuk berdasarkan penilaian orang-orang melihat mereka yang cerewet, bawel dan pembuat onar. Tapi, kenakalan mereka masih dalam batas kewajaran sebagai remaja yang mencari jati diri. Hah, klise!
Mereka masih kelas 3 SMP. Satu sekolah dan selalu bersama beriringan teratur seperti bebek. Ups, itu tandanya persahabatan mereka tak bisa dipisahkan. Banyak kekonyolan yang terjadi dalam kebersamaan mereka.
Enam orang itu punya nama. Nama mereka tidak sembarangan bahkan mungkin langka. Yang pertama sebut saja panggilannya POPOK. Popok adalah sejenis pamper yang digunakan bayi agar tidak ngompol di celana. Yah, itulah sebutannya. Tega bukan? Tapi namanya juga anak remaja, tidak ada maksud menyinggung perasaan ataupun menyakiti hati seseorang. Just for fun, hanya sekedar lucu-lucuan. Tinggi badannya tidak terlalu tinggi alias pendek. Tubuhnya kecil dan kurus. Karakternya aneh. Bahkan dengan berat hati teman-temannya memberi penghargaan sebagai orang terpolos nomor 1. Ckckk…
Yang kedua dan ketiga adalah Buntet dan Pentul. Kata orang mereka kembar, tapi beda produksi. Tinggi badan mereka hampir sama. Tapi lebih tinggi Pentul satu centi. Buntet, orangnya neko-neko. Apalagi urusan cowok. Heum, boleh ditanya deh berapa banyak mantannya saat dia menginjak usia empat belas tahun? Dan satu lagi kata orang dia mirip Arumi Bachsin. Mungkin karena tampangnya paling bule diantara yang lain. Kalau Pentul sifatnya pemikir. Dia lebih memprioritaskan pelajaran dan kata-kata orang tua diantara kegiatan lain. Makanya dia tak pernah lepas dari ranking 1 di kelasnya. Wiihhh, tepuk tangan!
Selanjutnya Zuko. Kalau yang suka kartun terutama film Avatar the legend of Aang pasti tahu nama itu. Yups, betul sekali. Zuko adalah tokoh kartun dengan karakter pemarah dan tak sabaran. Tapi satu kelemahan Zuko yang satu ini yaitu tidak bisa mengeluarkan api. Ya iyalah!
Pernah dengar kata Jangkis alias jangkung ipis enggak pakai najis? Ini dia orangnya, Welas. Panggilan Welas diambil dari karakter Astri disebuah acara televisi berjudul ‘suami-suami takut istri’. Yang pernah nonton pasti tahu karakter Welas seperti apa. Welas orangnya sedikit pendiam dan tertutup. Dia enggak bakalan ngomong kalau dia enggak mau ngomong. Do you know what I mean? Kalau enggak ngerti ngacung!
Yang terakhir ini wajahnya sedikit garang. Jelaslah dia adalah ketua tae kwondo seumur hidup tak pernah lengser. Bercanda! Panggilannya Batak seperti sebuah kota di Medan. Meskipun wajahnya garang tapi hatinya tetap pink alias mellow.
Kalau soal cita-cita dan mimpi mereka ahlinya. Ahli bidang ngayal dan imajinasi tinggi. Tapi apa mau dikata mereka semua cantik dan berpotensi. Okey, apapun harapan mereka semoga terkabul. Amien.
Sekian perkenalan singkat tentang mereka, sekarang kita fokus pada inti ceritanya. Saat Bebenyit ngumpul di basecamp mereka bermaksud mengadakan rapat direksi keanggotaan. Alah gayanya! Memusyawarahkan pendapat demi mencapai suatu mufakat tentang rencana mereka terhadap kelanjutan Bebenyit setelah mereka lulus dari SMP.
“Gue mau ke Tasik, guys!” ucap Pentul membuka suara.
“Yah jauh banget ngapain lu kesana?” tanya Zuko.
“Ngapain aja boleh!” jawab Pentul santai lalu dihantam lemparan roti dari arah Zuko.
“Kalau Loe Tet?” tanya Batak pada Buntet.
“Gue disuruh ke Aceh tapi gue gak mau. Gue maunya sekolah disini aja. Disini juga banyak sekolah keperawatan.”
“Loe mau jadi perawat? Emang bisa?”
“Kenapa gitu?” Buntet balik nanya.
“Perawat itu harus tinggi kayak gue. Haha” ledek Welas diikuti gelak tawa yang lain.
“Nah, tinggal si Popok yang belum ditanya.” Ujar Zuko.
Popok memasang tampang bĂȘte.
“Loe kenapa?”
“Gue sedih. Kalian semua udah punya rencana masing-masing. Buntet yang mau jadi perawat. Welas yang mau jadi pramugari. Gue masih bingung sama diri gue sendiri. Gue gak yakin bisa menggapai impian gue”
“Emangnya kenapa?”
“Gue gak bakal keterima di angkatan laut!”
“Makanya loe belajar berenang dong biar bisa keterima!”
“Ah, Welas aja yang enggak bisa terbang mau masuk angkatan udara kok.”
‘-_-?!#@/*” kelima temannya menggaruk kepala yang tak gatal.
Setelah beberapa menit mengadakan rapat direksi Partai Bebenyit yang GJ alias gak jelas itu akhirnya mereka memutuskan untuk membuat rujak. Sebelumnya mereka sudah membeli bahan-bahan rujak di pasar seperti mangga, jambu, kedongdong, nanas, dan banyak lagi. Bumbunya ala kadar yaitu gula merah, asem, cabe, dan garam.
“Pok, ambilin mangga dong!” kata Pentul.
“Iya bentar…” Popok berlari keluar.
“Nih tangganya!”
“Buat apaan tangga?” tanya Buntet yang keheranan.
“Tadi Pentul minta ambilin tangga katanya.” Ujar Popok polos.
“Ya ampun, gue minta mangga, Pok! Bukan tangga.” Jelas Pentul sedikit kesal.
“Ough, loe bangga punya sahabat secantik gue? Yaelah Tul biasa aja dong gue jadi enggak enak nih!”
Semuanya menepok jidatnya masing-masing.
“Susah kalau punya temen ‘bude’. Budeg tapi pede.” celetuk Zuko.
Yah, begitulah hari-hari mereka lalui dengan tawa dan canda. Tak sadar kesedihan di depan mata. Tapi biarlah semuanya berjalan dengan rencana Tuhan yang lebih adil. Mereka memang punya rencana masing-masing untuk melanjutkan impian dan cita-cita mereka. Mereka dipersatukan oleh takdir dan kemungkinan besar kemungkinan mereka akan dipisahkan oleh takdir juga.
Selama masih diberi waktu untuk bersama, maka mereka akan memanfaatkan sisa waktu itu untuk menjaga kekompakan Bebenyit. Selalu ceria dan tertawa.
****
“Wiih, hebat ada orang Amerika yang udah pernah ke bulan.” ujar Batak mengalihkan perhatian, tapi ternyata tidak berhasil. Kedua temannya masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Zuko dengan handphonenya, Pentul dengan novel barunya, sedangkan Welas, Buntet dan Popok belum datang. Hari ini mereka akan melanjutkan rapat direksi yang kemaren gagal total karena ulah Popok . Rencananya juga mereka akan ngerujak lagi. Pasalnya kemaren sewaktu mereka membuat bumbu rujak Popok memasukkan terasi ke dalam bumbu rujak. Hal ini membuat geram kelima temannya. Selera makan mereka jadi rusak karena tidak tahan dengan baunya.
“Kalian kok enggak kaget dengernya?”
“Cerita basi.” Jawab Zuko dingin.
“Apanya yang basi?” tanya Popok tiba-tiba nimbrung.
“Itu lho kata Batak ada orang Amerika yang udah pernah ke bulan. Hebat apanya! Gue bakal mencetak sejarah baru.”
“Apaan?”
“Orang Indonesia pertama yang pergi ke matahari.”
“Waahh, gimana caranya matahari kan panas?” tanya Batak penasaran.
“Gue kan perginya malam-malam.”
Zuko dan Batak tertawa keras seraya berkata “ough, tidak bisaaa…”
Setelah mereka berhenti tertawa dan kembali fokus pada kegiatan mereka masing-masing tiba-tiba mereka dikagetkan oleh tawa Popok yang menggelegar.
“Ngetawain apa Pok? Ada yang lucu?” tanya Zuko heran.
“Pergi ke matahari malam-malam? Bisa….bisa……lucu! Aku baru ngerti. Hehe ..” kata Popok sambil nyengir kuda.
Hah gubrag! Mereka udah lupa dengan lelucon itu. Tapi akhirnya Zuko, Batak dan pentul tertawa juga. Bukan karena leluconnya tapi mereka menertawakan yang tertawa. Hadeuh…
“Oh iya, yang lain mana?”
“Lagi cuci mata dulu di mall.” Jelas pentul sambil membuka halaman baru novelnya.
“Kenapa gak cuci mata di kamar mandi atau washtaffel disini aja, jauh-jauh ke toilet mall.” Kata Popok memasang wajah LOL.
“Bukan gitu. Pok! Mereka lagi nyari benda yang bisa ngilangin stress..” ucap Batak.
“Oh, emang ada gitu? Apaan? Ntar aku ajak orang stress ke Mall biar disuruh cuci mata gitu…hihi.” Kata Popok lagi.
“Aduhh Popok, bukan itu… Si Welas ama si Buntet lagi jalan-jalan ke mall, ngerti?” tambah Zuko menjelaskan.
“Oooh, ke mall jalan-jalan toh, katanya mau cuci mata, yang bener yang mana sih, Zuk?”
“Aaahh, capek gua ngomong ama dia. Dah ah, gue mau cari angin keluar.” Kata Zuko sambil merapikan kerudungnya.
“Cari angin? Emang angin bisa dicari? Dilihat aja gak bisa apalagi dicari, Zuk! Ckckck..” ujar Popok lagi yang membuat Zuko, Pentul dan Batak makin jengkel.
“Aaaarrgghh, bukan gitu Popok. Maksudnya mau hirup udara bentar.” Kata Zuko lagi.
“Emang dari tadi loe enggak nafas ya,, pake mau hirup udara bentar?”
Lagi-lagi Popok membuat seisi basecamp teriak.
“Aaarrgghh, Au ah gelap!” kata Zuko jengkel.
“Enggak gelap kok. Noh, masih siang.” Ucap Popok lagi.
“Beeuuhh, gue jadi stress ngomong sama loe!” ujar Zuko hilang kesabaran.
“Haah Zuk, loe stress? Kenapa enggak cuci mata aja di mall biar enggak stress?” saran Popok yang membuat Zuko, Batak dan Pentul makin jengkel.
Mereka semua akhirnya angkat tangan dan memilih diam membisu. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut mereka. Lelah karena selalu salah dihadapan Popok. Kasihan! Sedangkan Popok sendiri memilih ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang lelah karena dihukum seharian berpanas-panasan di pasar mecari bahan rujak.
Saat Buntet dan Welas datang dari Mall, mereka kaget melihat sahabat-sahabatnya menangis tersedu-sedu.
“Kalian kenapa?” tanya Welas khawatir.
“Zuk, kok Popok jadi kayak gini sih?” tanya Batak lesu.
“Enggak tahu…Hiks!” Tangis Zuko makin keras.
“Huwaa… gimana ceritanya sihh?” tanya Buntet.
Zuko menceritakan kejadian yang menyebalkan tadi kepada Buntet dan Welas yang baru datang.
“HUAA… POPOK… apa kata dunia loe kayak gini?” Ucap Buntet.
“Apaan sih kalian, kayak yang lagi ngomongin gue?” kata popok yang baru keluar dari kamar mandi.
“Yaa… PRAY FOR POPOK….hiks.” kata Bebenyit serentak menengadahkan tangan mereka.
“Eeehh, emang gue udah mati?”
“OTAK LOE YANG UDAH MATI!!” pekik Bebenyit serentak lagi.
“Haah, otak gue mati? Kapan? Innalillahi… dikubur dimana? Gue mau ngelayat..” kata Popok.
“ASTAGFIRULLOHH!!”
****
Sudah hampir tiga tahun sejak kejadian itu Bebenyit tidak lagi bersama. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing bahkan mereka lost contact. Sedih kalau mengingat kebersamaan Bebenyit.
Tapi hari ini mereka mengadakan reunian di basecamp mereka. Semuanya tertawa saat mengenang kejadian-kejadian lucu tentang mereka terutama tentang kepolosan Popok. Zuko yang datang dari Kalimantan, Pentul dari Tasik, Buntet dari Aceh, Welas dari Palembang, hanya Batak dan Popok yang asli dari Bandung. Mereka datang untuk mengabarkan kebahagian mereka karena lulus dari SMA mereka masing-masing. Dan rencananya hari ini mereka akan mengadakan rapat direksi partai Bebenyit lagi tentang planning mereka masuk Universitas favorit.
“Sumpah, gue kangen sama kalian!” ujar Popok saat itu.
Spontan Zuko, Pentul, Batak, Welas dan Buntet langsung merangkul sahabatnya itu. Mereka tak akan pernah menemukan lagi sahabat seperti Popok. Keharuan menghiasi pertemuan mereka kembali. Tapi yang jelas sekarang mereka lebih dewasa dan anggun.
“Bebenyit tidak akan pernah bubar dan tidak akan pernah berhenti tertawa.”
“Tertawalah selama tertawa tidak dilarang.” Ujar Popok.
For Bebenyit: Semoga kalian sukses dengan cita-cita kalian!
(Bingkisan perpisahan angkatan 2010)
Mereka masih kelas 3 SMP. Satu sekolah dan selalu bersama beriringan teratur seperti bebek. Ups, itu tandanya persahabatan mereka tak bisa dipisahkan. Banyak kekonyolan yang terjadi dalam kebersamaan mereka.
Enam orang itu punya nama. Nama mereka tidak sembarangan bahkan mungkin langka. Yang pertama sebut saja panggilannya POPOK. Popok adalah sejenis pamper yang digunakan bayi agar tidak ngompol di celana. Yah, itulah sebutannya. Tega bukan? Tapi namanya juga anak remaja, tidak ada maksud menyinggung perasaan ataupun menyakiti hati seseorang. Just for fun, hanya sekedar lucu-lucuan. Tinggi badannya tidak terlalu tinggi alias pendek. Tubuhnya kecil dan kurus. Karakternya aneh. Bahkan dengan berat hati teman-temannya memberi penghargaan sebagai orang terpolos nomor 1. Ckckk…
Yang kedua dan ketiga adalah Buntet dan Pentul. Kata orang mereka kembar, tapi beda produksi. Tinggi badan mereka hampir sama. Tapi lebih tinggi Pentul satu centi. Buntet, orangnya neko-neko. Apalagi urusan cowok. Heum, boleh ditanya deh berapa banyak mantannya saat dia menginjak usia empat belas tahun? Dan satu lagi kata orang dia mirip Arumi Bachsin. Mungkin karena tampangnya paling bule diantara yang lain. Kalau Pentul sifatnya pemikir. Dia lebih memprioritaskan pelajaran dan kata-kata orang tua diantara kegiatan lain. Makanya dia tak pernah lepas dari ranking 1 di kelasnya. Wiihhh, tepuk tangan!
Selanjutnya Zuko. Kalau yang suka kartun terutama film Avatar the legend of Aang pasti tahu nama itu. Yups, betul sekali. Zuko adalah tokoh kartun dengan karakter pemarah dan tak sabaran. Tapi satu kelemahan Zuko yang satu ini yaitu tidak bisa mengeluarkan api. Ya iyalah!
Pernah dengar kata Jangkis alias jangkung ipis enggak pakai najis? Ini dia orangnya, Welas. Panggilan Welas diambil dari karakter Astri disebuah acara televisi berjudul ‘suami-suami takut istri’. Yang pernah nonton pasti tahu karakter Welas seperti apa. Welas orangnya sedikit pendiam dan tertutup. Dia enggak bakalan ngomong kalau dia enggak mau ngomong. Do you know what I mean? Kalau enggak ngerti ngacung!
Yang terakhir ini wajahnya sedikit garang. Jelaslah dia adalah ketua tae kwondo seumur hidup tak pernah lengser. Bercanda! Panggilannya Batak seperti sebuah kota di Medan. Meskipun wajahnya garang tapi hatinya tetap pink alias mellow.
Kalau soal cita-cita dan mimpi mereka ahlinya. Ahli bidang ngayal dan imajinasi tinggi. Tapi apa mau dikata mereka semua cantik dan berpotensi. Okey, apapun harapan mereka semoga terkabul. Amien.
Sekian perkenalan singkat tentang mereka, sekarang kita fokus pada inti ceritanya. Saat Bebenyit ngumpul di basecamp mereka bermaksud mengadakan rapat direksi keanggotaan. Alah gayanya! Memusyawarahkan pendapat demi mencapai suatu mufakat tentang rencana mereka terhadap kelanjutan Bebenyit setelah mereka lulus dari SMP.
“Gue mau ke Tasik, guys!” ucap Pentul membuka suara.
“Yah jauh banget ngapain lu kesana?” tanya Zuko.
“Ngapain aja boleh!” jawab Pentul santai lalu dihantam lemparan roti dari arah Zuko.
“Kalau Loe Tet?” tanya Batak pada Buntet.
“Gue disuruh ke Aceh tapi gue gak mau. Gue maunya sekolah disini aja. Disini juga banyak sekolah keperawatan.”
“Loe mau jadi perawat? Emang bisa?”
“Kenapa gitu?” Buntet balik nanya.
“Perawat itu harus tinggi kayak gue. Haha” ledek Welas diikuti gelak tawa yang lain.
“Nah, tinggal si Popok yang belum ditanya.” Ujar Zuko.
Popok memasang tampang bĂȘte.
“Loe kenapa?”
“Gue sedih. Kalian semua udah punya rencana masing-masing. Buntet yang mau jadi perawat. Welas yang mau jadi pramugari. Gue masih bingung sama diri gue sendiri. Gue gak yakin bisa menggapai impian gue”
“Emangnya kenapa?”
“Gue gak bakal keterima di angkatan laut!”
“Makanya loe belajar berenang dong biar bisa keterima!”
“Ah, Welas aja yang enggak bisa terbang mau masuk angkatan udara kok.”
‘-_-?!#@/*” kelima temannya menggaruk kepala yang tak gatal.
Setelah beberapa menit mengadakan rapat direksi Partai Bebenyit yang GJ alias gak jelas itu akhirnya mereka memutuskan untuk membuat rujak. Sebelumnya mereka sudah membeli bahan-bahan rujak di pasar seperti mangga, jambu, kedongdong, nanas, dan banyak lagi. Bumbunya ala kadar yaitu gula merah, asem, cabe, dan garam.
“Pok, ambilin mangga dong!” kata Pentul.
“Iya bentar…” Popok berlari keluar.
“Nih tangganya!”
“Buat apaan tangga?” tanya Buntet yang keheranan.
“Tadi Pentul minta ambilin tangga katanya.” Ujar Popok polos.
“Ya ampun, gue minta mangga, Pok! Bukan tangga.” Jelas Pentul sedikit kesal.
“Ough, loe bangga punya sahabat secantik gue? Yaelah Tul biasa aja dong gue jadi enggak enak nih!”
Semuanya menepok jidatnya masing-masing.
“Susah kalau punya temen ‘bude’. Budeg tapi pede.” celetuk Zuko.
Yah, begitulah hari-hari mereka lalui dengan tawa dan canda. Tak sadar kesedihan di depan mata. Tapi biarlah semuanya berjalan dengan rencana Tuhan yang lebih adil. Mereka memang punya rencana masing-masing untuk melanjutkan impian dan cita-cita mereka. Mereka dipersatukan oleh takdir dan kemungkinan besar kemungkinan mereka akan dipisahkan oleh takdir juga.
Selama masih diberi waktu untuk bersama, maka mereka akan memanfaatkan sisa waktu itu untuk menjaga kekompakan Bebenyit. Selalu ceria dan tertawa.
****
“Wiih, hebat ada orang Amerika yang udah pernah ke bulan.” ujar Batak mengalihkan perhatian, tapi ternyata tidak berhasil. Kedua temannya masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Zuko dengan handphonenya, Pentul dengan novel barunya, sedangkan Welas, Buntet dan Popok belum datang. Hari ini mereka akan melanjutkan rapat direksi yang kemaren gagal total karena ulah Popok . Rencananya juga mereka akan ngerujak lagi. Pasalnya kemaren sewaktu mereka membuat bumbu rujak Popok memasukkan terasi ke dalam bumbu rujak. Hal ini membuat geram kelima temannya. Selera makan mereka jadi rusak karena tidak tahan dengan baunya.
“Kalian kok enggak kaget dengernya?”
“Cerita basi.” Jawab Zuko dingin.
“Apanya yang basi?” tanya Popok tiba-tiba nimbrung.
“Itu lho kata Batak ada orang Amerika yang udah pernah ke bulan. Hebat apanya! Gue bakal mencetak sejarah baru.”
“Apaan?”
“Orang Indonesia pertama yang pergi ke matahari.”
“Waahh, gimana caranya matahari kan panas?” tanya Batak penasaran.
“Gue kan perginya malam-malam.”
Zuko dan Batak tertawa keras seraya berkata “ough, tidak bisaaa…”
Setelah mereka berhenti tertawa dan kembali fokus pada kegiatan mereka masing-masing tiba-tiba mereka dikagetkan oleh tawa Popok yang menggelegar.
“Ngetawain apa Pok? Ada yang lucu?” tanya Zuko heran.
“Pergi ke matahari malam-malam? Bisa….bisa……lucu! Aku baru ngerti. Hehe ..” kata Popok sambil nyengir kuda.
Hah gubrag! Mereka udah lupa dengan lelucon itu. Tapi akhirnya Zuko, Batak dan pentul tertawa juga. Bukan karena leluconnya tapi mereka menertawakan yang tertawa. Hadeuh…
“Oh iya, yang lain mana?”
“Lagi cuci mata dulu di mall.” Jelas pentul sambil membuka halaman baru novelnya.
“Kenapa gak cuci mata di kamar mandi atau washtaffel disini aja, jauh-jauh ke toilet mall.” Kata Popok memasang wajah LOL.
“Bukan gitu. Pok! Mereka lagi nyari benda yang bisa ngilangin stress..” ucap Batak.
“Oh, emang ada gitu? Apaan? Ntar aku ajak orang stress ke Mall biar disuruh cuci mata gitu…hihi.” Kata Popok lagi.
“Aduhh Popok, bukan itu… Si Welas ama si Buntet lagi jalan-jalan ke mall, ngerti?” tambah Zuko menjelaskan.
“Oooh, ke mall jalan-jalan toh, katanya mau cuci mata, yang bener yang mana sih, Zuk?”
“Aaahh, capek gua ngomong ama dia. Dah ah, gue mau cari angin keluar.” Kata Zuko sambil merapikan kerudungnya.
“Cari angin? Emang angin bisa dicari? Dilihat aja gak bisa apalagi dicari, Zuk! Ckckck..” ujar Popok lagi yang membuat Zuko, Pentul dan Batak makin jengkel.
“Aaaarrgghh, bukan gitu Popok. Maksudnya mau hirup udara bentar.” Kata Zuko lagi.
“Emang dari tadi loe enggak nafas ya,, pake mau hirup udara bentar?”
Lagi-lagi Popok membuat seisi basecamp teriak.
“Aaarrgghh, Au ah gelap!” kata Zuko jengkel.
“Enggak gelap kok. Noh, masih siang.” Ucap Popok lagi.
“Beeuuhh, gue jadi stress ngomong sama loe!” ujar Zuko hilang kesabaran.
“Haah Zuk, loe stress? Kenapa enggak cuci mata aja di mall biar enggak stress?” saran Popok yang membuat Zuko, Batak dan Pentul makin jengkel.
Mereka semua akhirnya angkat tangan dan memilih diam membisu. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut mereka. Lelah karena selalu salah dihadapan Popok. Kasihan! Sedangkan Popok sendiri memilih ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang lelah karena dihukum seharian berpanas-panasan di pasar mecari bahan rujak.
Saat Buntet dan Welas datang dari Mall, mereka kaget melihat sahabat-sahabatnya menangis tersedu-sedu.
“Kalian kenapa?” tanya Welas khawatir.
“Zuk, kok Popok jadi kayak gini sih?” tanya Batak lesu.
“Enggak tahu…Hiks!” Tangis Zuko makin keras.
“Huwaa… gimana ceritanya sihh?” tanya Buntet.
Zuko menceritakan kejadian yang menyebalkan tadi kepada Buntet dan Welas yang baru datang.
“HUAA… POPOK… apa kata dunia loe kayak gini?” Ucap Buntet.
“Apaan sih kalian, kayak yang lagi ngomongin gue?” kata popok yang baru keluar dari kamar mandi.
“Yaa… PRAY FOR POPOK….hiks.” kata Bebenyit serentak menengadahkan tangan mereka.
“Eeehh, emang gue udah mati?”
“OTAK LOE YANG UDAH MATI!!” pekik Bebenyit serentak lagi.
“Haah, otak gue mati? Kapan? Innalillahi… dikubur dimana? Gue mau ngelayat..” kata Popok.
“ASTAGFIRULLOHH!!”
****
Sudah hampir tiga tahun sejak kejadian itu Bebenyit tidak lagi bersama. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing bahkan mereka lost contact. Sedih kalau mengingat kebersamaan Bebenyit.
Tapi hari ini mereka mengadakan reunian di basecamp mereka. Semuanya tertawa saat mengenang kejadian-kejadian lucu tentang mereka terutama tentang kepolosan Popok. Zuko yang datang dari Kalimantan, Pentul dari Tasik, Buntet dari Aceh, Welas dari Palembang, hanya Batak dan Popok yang asli dari Bandung. Mereka datang untuk mengabarkan kebahagian mereka karena lulus dari SMA mereka masing-masing. Dan rencananya hari ini mereka akan mengadakan rapat direksi partai Bebenyit lagi tentang planning mereka masuk Universitas favorit.
“Sumpah, gue kangen sama kalian!” ujar Popok saat itu.
Spontan Zuko, Pentul, Batak, Welas dan Buntet langsung merangkul sahabatnya itu. Mereka tak akan pernah menemukan lagi sahabat seperti Popok. Keharuan menghiasi pertemuan mereka kembali. Tapi yang jelas sekarang mereka lebih dewasa dan anggun.
“Bebenyit tidak akan pernah bubar dan tidak akan pernah berhenti tertawa.”
“Tertawalah selama tertawa tidak dilarang.” Ujar Popok.
For Bebenyit: Semoga kalian sukses dengan cita-cita kalian!
(Bingkisan perpisahan angkatan 2010)