Dengan segala kekuranganku di hadapan Dye yang membuat ia memutuskan untuk membalas sikap diamku. Dirinya telah lama kukenal lebih dari diriku sendiri. Bertahun-tahun mempertahankan perasaan tulus dan berani berkorban apapun demi hasrat cinta yang kuanggap suci. Namun akhirnya kecewa yang kudapat. Sakit hati tak tertahankan karena tak mengerti sebenarnya apa salahku? Perih hati tak dirasakan orang lain termasuk dirinya. Luka tak bisa terobati begitu saja. Air mata mengalir tak pernah henti. Menikam jantung karena terhunus diam tanpa kata. Akhirnya pertahanan cinta yang bertahun-tahun roboh sia-sia….. Kecewa!
Dengan segala kelebihanku dimata Yoga, pujian dan cinta yang ia berikan begitu dalam kurasakan. Perhatiannya membuatku tak ingin bertahan. Sesekali aku merasa bersalah karena tak dapat membalasnya. Aku tak mengenal dia tapi dia begitu mengerti aku. Namun aku selalu berusaha menghindarinya meski nuraniku pun mengharapkannya tetap ada. Walau dirinya tak setiap waktu ada di hadapanku, namun perhatiannya selalu menghiasi hatiku. Mengubah sedihku jadi tawa, mengusap pedihku jadi senyum, dan begitulah hariku sesaat bersamanya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya karena penasaran yang tak bertepi.
Dia pergi selayaknya dia datang. Tiba-tiba tanpa kepastian. Mungkin bahagia itu hanya sesaat kurasakan yang membekas perlahan menjadi rasa sayang dan mengharap. Kucoba mengikhlaskan kepergiannya yang tanpa jejak. Pernah aku berpikir dia halusinasiku yang datang hanya untuk menghibur laraku sesaat. Keadaannya yang misterius membuatku selalu bertanya, apa yang dia cari dariku? Tapi dia memang ada, nyata dengan suara itu. Dan keadaan ini membuat aku terkapar dalam kebimbangan. Siapa yang disalahkan atas keadaan ini? Keadaan yang akhirnya menyadarkan aku atas perasaan orang yang tulus namun disia-siakan adalah sakit! Sesakit yang kurasakan perihnya disikapi oleh Dye.
Sejenak perasaan kehilangan menyelimuti. Perihnya pun melenguh! Satu kata yang tercipta dalam hati adalah menyesal!
Yeah, siapapun boleh menertawakan dirinya sendiri atas kekonyolan tingkah laku sebagai bagian dari intropeksi diri. Bahkan aku pun tertawa terbahak-bahak…… sampai kering air mataku! Maaf jika diri ini terlalu bodoh dan dungu. Tapi ternyata berulang-ulang menyalahkan diri sendiri itu tak akan pernah menemukan hasilnya.
Dan pada akhirnya mentafakuri apa yang telah terjadi adalah obat hati. Mengadakan perdamaian dengan perasaan yang memberontak karena kekecewaan dan penyesalan. Menyalahkan keadaan adalah sikap paling bodoh! Diam pun sudah tidak berarti. Apakah harus menangis karena hidup tak sebahagia yang diinginkan? Ah, itu terlalu mendramatisir. Dan saatnya kini berpaling dari hati yang terdalam (cinta). Karena sikap apapun percuma tak dapat mengubah keadaan. Menghindar pun sudah tidak mungkin karena hidup ternyata masih harus berjalan.
Kekecewaan mengajarkan aku arti kehidupan. Meneruskan perjalanan walaupun terpaksa menghadapi rintangan demi rintangan. Karena yang paling indah dari sebuah hasil adalah proses meraihnya melalui hari-hari yang berat dan tahapan yang melelahkan. Meskipun hasil yang diperoleh adalah gagal, nikmati saja hidup sebagai sebuah langkah pendewasaan diri.
Hati tak boleh dibiarkan hampa tak ada isinya. Sesekali butuh di charge agar tetap dapat menjalani hidup yang masih tersisa. Carilah makna atas setiap peristiwa yang menyakitkan. Yakinlah bahwa semua pasti banyak hikmah yang dapat dipetik. Pelajaran hidup yang mengajarkan bahwa tak bisa menerima masalah dan kehilangan, maka kebahagiaan bukanlah seni membangaun hidup tanpa masalah. Tapi, kebahagiaan adalah bagaimana kita dapat merespon masalah yang datang dengan pikiran yang sehat.
Dan sadarlah! Akhir dari segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah kembali ke tempat dimana mereka berasal!!
Allah meniupkan ruh keselamatan pada hati yang mulai mati. Bahwasanya setiap daun yang gugur telah tertulis dan menjadi KuasaNya. Maka yakinlah apapun yang diberikan itu yang terbaik, meski terbaik tak selalu terindah. Ada Allah di hatiku! Dzat yang membolak-balikkan hati. Dzat yang memberikan cinta, bukan kekecewaan dan penyesalan. Dzat tidak yang akan pernah mati. Dzat yang selalu ada dan melindungi!
Jika ada kata yang lebih berharga dari kata maaf, maka aku akan berikan semua itu! Rasa bersalah karena terlalu mengharapkan Dye dan rasa bersalah karena menyia-nyiakan Yoga. Maaf, karena ternyata diri ini begitu egois dan munafik!
I’m still gonna be OK ^^…….
0 komentar:
Posting Komentar