Kamis, 12 Juni 2014

CERPEN "BEBENYIT ITU SAHABAT" PART 3

Edit Posted by with No comments


Ilustrasi Asmarandana


BEBENYIT ITU SAHABAT
“Oh iya, Buntet sama Welas kemana?”
            “Lagi ke mall dulu mau cuci mata katanya.” jawab Pentul sambil membuka halaman baru novelnya.
            “Kenapa gak cuci mata di kamar mandi disini aja. Jauh-jauh harus ke toilet mall.”
            “Itu pribahasa Popok! Maksudnya mereka lagi mencari sesuatu yang bisa menghilangkan stress.” ujar Batak menjelaskan.
“Ohh memangnya ada gitu? Apaan sih? kasih tahu dong biar nanti aku ajak orang-orang stress ke mall buat cuci mata.”
“Aduuhh maksudnya bukan itu! Welas sama Buntet lagi jalan-jalan.”
“Jadi yang bener yang mana nih cuci mata atau jalan-jalan? hayooo….” goda Popok.
“Terserah Popok aja deh yang penting Popok bahagia. Udah ah aku mau keluar sebentar mau cari angin” kata Suko seraya merapikan kerudungnya.
“Angin kok dicari kan dilihat aja gak bisa ckckckck…”
            “Arrrrgghhh…. maksudnya itu mau menghirup udara sebentar.”
            “Emangnya dari tadi Suko enggak nafas yaa?” ledek Popok semakin menggoda.
            “Gatau ah stress.”
            “Suko stress? kenapa enggak cuci mata aja ke mall biar enggak stress.” usul Popok yang membuat geram ketiga sahabatnya.
            Akhirnya mereka semua memilih diam membisu. Tak ada seorang pun yang berani membuka suara sedikitpun. Saat Welas dan Buntet tiba di basecamp mereka kaget melihat wajah Pentul, Batak dan Suko yang ditekuk.
            “Kalian kenapa mukanya badmood gitu?”
            “Gara-gara si Popok tuh!” jawab Suko jutek.
            Buntet dan Welas langsung melemparkan pandangan mereka kearah Popok. Dahi mereka mengkerut, tatapan yang tajam dan menyelidik membuat Popok merasa dicurigai. Popok hanya mengangkat kedua pundaknya santai.
            “Aku cuma bercanda mereka aja yang sensi…”
            “Sebenarnya ada apa sih?” tanya Welas penasaran.
            “Popok tuh cengcengin kita. Setiap kita ngomong pasti aja diledekin.”
            “Ya ampun cuma masalah gitu doang diributin. Kalian tuh kayak baru saling kenal satu sama lain aja. Harusnya tiga tahun kita sahabatan kan udah hafal karakter masing-masing.”
            “Habisnya Popok ngegemesin Buntet! Bikin kesel…”
            “Ya udah tadi Popok bilang cuma bercanda. Maafan gih!” usul Welas menengahi.
            Pentul, Batak dan Suko memandang Popok menghakimi. Popok bisa mengartikan pandangan itu.
            “Iya, aku minta maaf. Janji enggak bakal cengcengin lagi. Peace…” Popok menunjukkan dua jari telunjuk dan jari tengahnya sebagai tanda perdamaian.
                                                            ###
            Seminggu setelah acara perpisahan sekolah dengan berat hati Buntet, Suko, Popok, Pentul dan Batak mengantarkan Welas ke Bandara. Hari itu Welas akan terbang ke Palembang untuk melanjutkan sekolah disana. Mereka akan merasa sangat kehilangan sahabatnya itu. Mau tidak mau perpisahan itu akan terjadi karena tidak mungkin mereka menahan Welas untuk tetap bersama mereka sedangkan janji persahabatan mereka adalah saling menyemangati untuk menggapai impian masing-masing. Mereka yakin meskipun jarak terbentang jauh memisahkan, mereka akan selalu menjaga persahabatan mereka. Hati mereka tetap bersatu.
            “Setelah Welas yang pergi, nanti disusul Pentul ke Tasik. Kita benar-benar berpisah disini!” ujar  Popok menahan tangis.
            “Kita itu enggak berpisah! Cuma jarak dan waktu aja yang enggak bakal setiap hari kita bertemu. Kita masih bisa chatting, kirim surat atau telponan. Kita masih bersahabat!” Ujar Welas.
            “Iya Welas bener sampai kapanpun sahabat itu enggak bakal dilupain. Kalian semua sahabat terbaik yang aku punya.”
            Mereka saling melepas pelukan ketika Welas harus pamit. Kelima sahabatnya tidak bisa menahan tahan tangis disitu. Mereka benar-benar akan merindukan sosok Welas. Pandangan mereka tak berkedip mengantarkan Welas sampai hilang dibalik pintu.
            Popok yang saat itu paling tersedu bergumam dalam hati menyampaikan sebuah pesan untuk kelima sahabatnya.
            “Saat kita berjalan bersama aku bisa melangkah pasti. Namun kita telah sampai di persimpangan jalan dan kita memilih jalan yang berbeda. Kini kita tak lagi berjalan beriringan. Aku akan berjalan sendiri, begitu juga kalian. Menyusuri jalan yang berliku. Aku berharap akan ada persimpangan jalan yang dapat menyatukan kita kembali.
            Pentul : Aku tunggu kamu jadi ustadzah!
            Welas: Aku tunggu kamu jadi penari daerah.
            Suko: Kalau aku sakit racikan obat buatku supaya aku tidak usah beli.
            Batak: Kalau kamu sudah bisa rakit komputer, buatkan aku satu ya!
            Buntet: Jangan males belajar! Pendidikan itu penting Tet. Kamu pasti bisa jadi pramugari!
            Aku yakin kita semua akan sukses!!!”
TAMAT
Bandung Barat Pos edisi 99/12/2013

0 komentar:

Posting Komentar