Ilustrasi Asmarandana |
BEBENYIT ITU SAHABAT
“Oh iya, Buntet sama Welas kemana?”
“Lagi ke mall dulu
mau cuci mata katanya.” jawab Pentul sambil membuka halaman baru novelnya.
“Kenapa gak cuci
mata di kamar mandi disini aja. Jauh-jauh harus ke toilet mall.”
“Itu
pribahasa Popok! Maksudnya mereka lagi mencari sesuatu yang bisa menghilangkan
stress.” ujar Batak menjelaskan.
“Ohh memangnya ada gitu? Apaan sih?
kasih tahu dong biar nanti aku ajak orang-orang stress ke mall buat cuci mata.”
“Aduuhh maksudnya bukan itu! Welas
sama Buntet lagi jalan-jalan.”
“Jadi yang bener yang mana nih cuci
mata atau jalan-jalan? hayooo….” goda Popok.
“Terserah Popok aja deh yang penting
Popok bahagia. Udah ah aku mau keluar sebentar mau cari angin” kata Suko seraya
merapikan kerudungnya.
“Angin kok dicari kan dilihat aja
gak bisa ckckckck…”
“Arrrrgghhh….
maksudnya itu mau menghirup udara sebentar.”
“Emangnya dari
tadi Suko enggak nafas yaa?” ledek Popok semakin menggoda.
“Gatau ah stress.”
“Suko stress?
kenapa enggak cuci mata aja ke mall biar enggak stress.” usul Popok yang
membuat geram ketiga sahabatnya.
Akhirnya mereka
semua memilih diam membisu. Tak ada seorang pun yang berani membuka suara
sedikitpun. Saat Welas dan Buntet tiba di basecamp mereka kaget melihat wajah
Pentul, Batak dan Suko yang ditekuk.
“Kalian kenapa
mukanya badmood gitu?”
“Gara-gara si
Popok tuh!” jawab Suko jutek.
Buntet dan Welas
langsung melemparkan pandangan mereka kearah Popok. Dahi mereka mengkerut,
tatapan yang tajam dan menyelidik membuat Popok merasa dicurigai. Popok hanya
mengangkat kedua pundaknya santai.
“Aku cuma bercanda
mereka aja yang sensi…”
“Sebenarnya ada
apa sih?” tanya Welas penasaran.
“Popok tuh
cengcengin kita. Setiap kita ngomong pasti aja diledekin.”
“Ya ampun cuma
masalah gitu doang diributin. Kalian tuh kayak baru saling kenal satu sama lain
aja. Harusnya tiga tahun kita sahabatan kan udah hafal karakter masing-masing.”
“Habisnya Popok
ngegemesin Buntet! Bikin kesel…”
“Ya udah tadi
Popok bilang cuma bercanda. Maafan gih!” usul Welas menengahi.
Pentul, Batak dan
Suko memandang Popok menghakimi. Popok bisa mengartikan pandangan itu.
“Iya, aku minta
maaf. Janji enggak bakal cengcengin lagi. Peace…” Popok menunjukkan dua jari
telunjuk dan jari tengahnya sebagai tanda perdamaian.
###
Seminggu setelah
acara perpisahan sekolah dengan berat hati Buntet, Suko, Popok, Pentul dan
Batak mengantarkan Welas ke Bandara. Hari itu Welas akan terbang ke Palembang
untuk melanjutkan sekolah disana. Mereka akan merasa sangat kehilangan
sahabatnya itu. Mau tidak mau perpisahan itu akan terjadi karena tidak mungkin
mereka menahan Welas untuk tetap bersama mereka sedangkan janji persahabatan
mereka adalah saling menyemangati untuk menggapai impian masing-masing. Mereka
yakin meskipun jarak terbentang jauh memisahkan, mereka akan selalu menjaga
persahabatan mereka. Hati mereka tetap bersatu.
“Setelah Welas
yang pergi, nanti disusul Pentul ke Tasik. Kita benar-benar berpisah disini!”
ujar Popok menahan tangis.
“Kita itu enggak
berpisah! Cuma jarak dan waktu aja yang enggak bakal setiap hari kita bertemu.
Kita masih bisa chatting, kirim surat atau telponan. Kita masih bersahabat!”
Ujar Welas.
“Iya Welas bener
sampai kapanpun sahabat itu enggak bakal dilupain. Kalian semua sahabat terbaik
yang aku punya.”
Mereka saling
melepas pelukan ketika Welas harus pamit. Kelima sahabatnya tidak bisa menahan
tahan tangis disitu. Mereka benar-benar akan merindukan sosok Welas. Pandangan
mereka tak berkedip mengantarkan Welas sampai hilang dibalik pintu.
Popok yang saat
itu paling tersedu bergumam dalam hati menyampaikan sebuah pesan untuk kelima
sahabatnya.
“Saat kita
berjalan bersama aku bisa melangkah pasti. Namun kita telah sampai di
persimpangan jalan dan kita memilih jalan yang berbeda. Kini kita tak lagi
berjalan beriringan. Aku akan berjalan sendiri, begitu juga kalian. Menyusuri
jalan yang berliku. Aku berharap akan ada persimpangan jalan yang dapat
menyatukan kita kembali.
Pentul : Aku
tunggu kamu jadi ustadzah!
Welas: Aku tunggu
kamu jadi penari daerah.
Suko: Kalau aku
sakit racikan obat buatku supaya aku tidak usah beli.
Batak: Kalau kamu
sudah bisa rakit komputer, buatkan aku satu ya!
Buntet: Jangan
males belajar! Pendidikan itu penting Tet. Kamu pasti bisa jadi pramugari!
Aku yakin kita
semua akan sukses!!!”
TAMAT
Bandung Barat Pos edisi 99/12/2013
0 komentar:
Posting Komentar