Sabtu-Minggu itu hari yang menakjubkan. Benar saja kalau setiap kejadian itu ada hikmahnya. Alhamdulillahi 'ala kulli hal.
Sabtu-Minggu berhadapan dengan jadwal acara yang padat merayap.
Tersusunlah rencana gokil yang hinggap di kepala. Sabtu: Mentoring
(Salman), Camping PMR (SACI,Cihampelas). Minggu: Wedding k'haris+t'Imas
(Metro), Les privat (Cibogo), Serambi sastra (Cangkorah). Ada alasan
kuat kenapa aku harus hadir dalam acara-acara tersebut. Tak bisa
diwakilkan dan tak bisa dibatalkan. Tapi keinginan ini benar-benar
memusingkan kepala ketika menyusun rencana agar bisa menghadari semua
acara. Bukan hanya waktu yang bertabrakan, tapi jarak dari tempat yang
satu ke tempat yang lain yang tak bisa ditempuh oleh waktu 1 jam 2 jam.
Ditambah kondisi badan yang kurang fit dikarenakan luka di kepala yang
belum sembuh.
Lahaula wala kuwwata illa billah. Malam sabtu ada sebuah pesan yang
dikirim anak PMR mengabarkan kalau camping diundur minggu depan. Heran!
Acara yang sudah tersusun dengan rapi bisa mendadak batal. Aku tak
banyak tanya lagi. Jawabannya sudah pasti: Semua ini kehendak Allah.
Segala sesuatu yang terjadi tentu atas seijin-Nya. Maka hari sabtu itu
dari pagi sampai sore aku mentoring esai-cerpen-puisi di Salman. Kalau
saja camping pelantikan PMR jadi malam minggu itu terbanyang capeknya,
aku harus menempuh perjalanan lebih dari 3jam dari Salman ITB ke
Cihampelas (Cililin). Belum lagi minggu pagi aku langsung berhadapan
dengan jadwal acara yang sama padatnya. ALLAH MAHA PENYAYANG.
Minggu, 10 November jam 10: 3 acara di 3 tempat yang berbeda.
Bagaimana aku bisa menghadiri ketiganya sedang aku bukanlah amoeba yang
bisa membelah diri atau Doraemon yang punya pintu ajaib? Bismillah saja.
Menghadiri akad nikah sahabat baik itu lebih utama meski kedua acara
yang lain pun sama prioritasnya. Janjian dengan teman jam 6 di Bandung,
itu artinya aku berangkat harus lebih pagi. Maklum belum bisa bawa
kendaraan sendiri jadi sering merepotkan teman. Semoga yang direpotkan
mendapat balasan pahala dari Allah. Aamiin.
Di tengah perjalanan menuju tempat acara, Cancan mengirim bbm:
"Teteh, gimana kalau les bahasa arabnya sore aja soalnya pagi ini temen
Cancan mau main ke rumah?" Subhanallah, menakjubkan! Seindah itu Allah
mengatur segalanya. Maka dari pagi sampai ba'da dzuhur aku berbaur dalam
kebahagiaan keluarga besar FLP Bandung.
Ba'da Ashar aku sudah berada di Cibogo, Cimahi. Setelah membunyikan bel rumah aku disambut oleh senyum gadis kecil yang cantik.
"Baru aja Cancan bbm teteh. Kapan teteh mau datang? Eh, ternyata tetehnya udah di depan rumah."
"HP tetehnya habis batere," jawabku membalas senyumnya."Oh iya, temen Cancannya mana?"
"Baru aja pulang."
"Oh. Cancan udah sholat?"
"Belum. Teteh masuk aja dulu, istirahat."
"Oke. Santai aja."
"Teteh mau minum apa?" tanya Cancan ketika aku membereskan bahan-bahan les di atas meja.
"Gak usah, makasih. Teteh bawa minum sendiri," jawabku.
Cancan kembali tersenyum. "Teh, hari ini belajar Tarkib ya soalnya
buku paket bahasa arabnya di rumah Mamah. Mamahnya masih pelatihan. Dua
minggu lagi baru pulang."
"Oki dokki."
Aku menunggu di ruang tamu memandangi foto keluarga yang terpampang
di dinding. Terlihat ibu Cancan bersama orang tua dan saudaranya. Ibu
Cancan adalah anak pertama dari tiga bersaudara (dua adik laki-laki).
Benar kata peribahasa kalau buah jatuh tak akan jauh dari pohon.
Cancan anak yang rajin dan cerdas seperti ibunya. Suatu hari Cancan
pernah bercerita kalau dia sangat mengagumi ibunya yang lulus S1 dengan
nilai sempurna lalu mendapat beasiswa S2 di Jepang dan sekarang mendapat
undangan pelatihan guru di Australia. Keren! Cancan anak tunggal tapi
tidak manja. Biarpun segala ada ia selalu rendah hati. Belakangan ini
Cancan jualan puding kepada teman-teman sekolahnya. Ketika aku tanya
anak ini menjawabnya lucu.
"Iseng aja, temen-temen pada pesen sih," katanya dengan ekspresi datar.
Ternyata konsep belajar-mengajar itu tidak harus selalu murid yang
belajar dan guru yang mengajar. Bisa jadi sebaliknya. Aku banyak belajar
dari Cancan, gadis cantik berusia 12th yang penuh semangat.
Les berlangsung selama 90 menit. Materi yang dibahas adalah tarkib:
huruf jar. Ketika waktu menjelang maghrib, les pun berakhir. Aku dan
Cancan bersiap-siap untuk sholat berjama'ah. Di kamarnya Cancan sudah
menyiapkan dua sajadah dan mukena.
Kebahagiaan ini begitu lengkap bagiku. Alloh, Engkau MahaBaik. Kasih
dan Cinta-Mu melunasi lelah dan melenyapkan sakit. Dan pada akhirnya,
rencana Allah yang lebih indah.
♥ True Story♥ 9-10 November 2013
"Tuhan, betapa aku malu atas semua yang Kau beri."
*NP: Aku Ingin Mencintai-Mu~ Edcoustic*
Rabu, 25 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar