Ini kali kedua aku berkunjung ke pesantren di Cipatat. Setelah minggu
kemarin aku bertemu dengan pemilik pesantren meminta ijin mendaftarkan
adikku untuk belajar mengaji. Pesantren ini direkomendasikan oleh
sahabatku, katanya "pesantren ini mengajarkan banyak amalan".
Ada hal yang membuat aku terkejut pada pertemuan pertama. Ternyata
pemilik pesantrennya adalah dosenku pada mata kuliah PAI semester 1
dulu. Subhanallah..... Dunia yang sempit atau aku yang tak banyak tahu
ya? Entahlah! Yang jelas pertemuan ini adalah takdir Alloh.
Sore tadi aku kembali mengantar dan membawakannya bekal mondok di
Pesantren. Di kobong ada seorang ikhwan memberi salam. Aku kembali
terkejut. Ternyata dia alumni MTs (tempat aku kerja) angkatan 2009-2010.
Disusul seorang akhwat bercadar yang juga menyalamiku. Dia yang kemarin
dikenalkan sahabatku di pernikahannya. Alhamdulillah, ada yang bisa aku
titipi untuk mengawasi adikku (lagi-lagi merepotkan orang lain. Semoga
Allah melimpahkan pahala untuk mereka. Aamiin).
Setelah menyelesaikan semua urusan di pesantren aku hendak pamit.
Aku lega karena adikku tampak senang dengan tempat barunya. Kudekati ia
lalu kubenarnya letak pecinya. Dihadapannya aku tersenyum bangga.
Saat itu aku sadar ia bukan lagi bayi yang kuolesi minyak telon dan
kutaburi bedak seluruh tubuhnya, bukan lagi balita yang kugendong lalu
kudendangkan sholawat hingga ia terlelap tidur, bukan lagi anak kecil
yang mengamit erat jari-jariku saat belajar berjalan, bukan lagi anak
usia tiga tahun yang selalu merengek saat aku pergi sekolah dan
menungguku pulang lalu mengajak bermain.
Aku anak pertama Bapak dan Mamah juga kakak dari adik-adikku.
Sekarang ketika aku sudah bekerja aku tahu telah kehilangan banyak waktu
bersama adik-adikku. Sampai-sampai aku baru sadar ia beranjak remaja
padahal setiap hari kita bertemu seperti aku tak pernah menemukan
perubahan.
Aku yakin adik laki-laki semata wayangku itu adalah calon pemimpin
yang bijaksana dan adil seperti tertakdir ia lahir diantara dua kakak
perempuan dan dua adik perempuan. Lelaki sholeh yang berbudi pekerti
yang baik, paham agama, senantiasa membimbing keluarganya dan aku berdoa
kelak ia dewasa ia tidak akan menyakiti perempuan karena sejatinya ia
dibesarkan dan dilimpahi banyak kasih sayang perempuan: Ibu,
kakak-kakak, dan adik-adiknya.
Lalu aku pun pulang meninggalkannya yang sedang menikmati pertemuan indah dalam garis-garis takdir Allah.
***
"Berangkatlah, niscaya engkau akan mendapatkan ganti untuk semua
yang engkau tinggalkan. Bersusahpayah-lah, sebab kenikmatan hidup
direngkuh dalam kerja keras. Ketika air mengalir, ia akan menjadi jernih
dan ketika berhenti, ia akan menjadi keruh. Sebagaimana anak panah,
jika tak meninggalkan busurnya tak akan mengenai sasaran. Bijih emas
yang belum diolah sama dengan debu di tempatnya. Maka ketika berangkat
dan bekerja, dia akan mulia seperti bernilainya emas". ~Imam Syafi'i
*Cipatat, 11 November 2013.
(Dek, doakanlah kebaikan untuk orang-orang yang mendzolimi keluarga
kita. Setidaknya kita telah belajar dari kesakithatian. Percaya, Alloh
bersama orang-orang yang sabar. Pulanglah setelah membawa bekal ilmu
agama yang banyak dan bermanfaat. Maslahat dunia akhirat)
Rabu, 25 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar