Rabu, 25 Desember 2013

Pertemuan

Edit Posted by with No comments
Ini kali kedua aku berkunjung ke pesantren di Cipatat. Setelah minggu kemarin aku bertemu dengan pemilik pesantren meminta ijin mendaftarkan adikku untuk belajar mengaji. Pesantren ini direkomendasikan oleh sahabatku, katanya "pesantren ini mengajarkan banyak amalan".

Ada hal yang membuat aku terkejut pada pertemuan pertama. Ternyata pemilik pesantrennya adalah dosenku pada mata kuliah PAI semester 1 dulu. Subhanallah..... Dunia yang sempit atau aku yang tak banyak tahu ya? Entahlah! Yang jelas pertemuan ini adalah takdir Alloh.

Sore tadi aku kembali mengantar dan membawakannya bekal mondok di Pesantren. Di kobong ada seorang ikhwan memberi salam. Aku kembali terkejut. Ternyata dia alumni MTs (tempat aku kerja) angkatan 2009-2010. Disusul seorang akhwat bercadar yang juga menyalamiku. Dia yang kemarin dikenalkan sahabatku di pernikahannya. Alhamdulillah, ada yang bisa aku titipi untuk mengawasi adikku (lagi-lagi merepotkan orang lain. Semoga Allah melimpahkan pahala untuk mereka. Aamiin).

Setelah menyelesaikan semua urusan di pesantren aku hendak pamit. Aku lega karena adikku tampak senang dengan tempat barunya. Kudekati ia lalu kubenarnya letak pecinya. Dihadapannya aku tersenyum bangga.

Saat itu aku sadar ia bukan lagi bayi yang kuolesi minyak telon dan kutaburi bedak seluruh tubuhnya, bukan lagi balita yang kugendong lalu kudendangkan sholawat hingga ia terlelap tidur, bukan lagi anak kecil yang mengamit erat jari-jariku saat belajar berjalan, bukan lagi anak usia tiga tahun yang selalu merengek saat aku pergi sekolah dan menungguku pulang lalu mengajak bermain.

Aku anak pertama Bapak dan Mamah juga kakak dari adik-adikku. Sekarang ketika aku sudah bekerja aku tahu telah kehilangan banyak waktu bersama adik-adikku. Sampai-sampai aku baru sadar ia beranjak remaja padahal setiap hari kita bertemu seperti aku tak pernah menemukan perubahan.

Aku yakin adik laki-laki semata wayangku itu adalah calon pemimpin yang bijaksana dan adil seperti tertakdir ia lahir diantara dua kakak perempuan dan dua adik perempuan. Lelaki sholeh yang berbudi pekerti yang baik, paham agama, senantiasa membimbing keluarganya dan aku berdoa kelak ia dewasa ia tidak akan menyakiti perempuan karena sejatinya ia dibesarkan dan dilimpahi banyak kasih sayang perempuan: Ibu, kakak-kakak, dan adik-adiknya.

Lalu aku pun pulang meninggalkannya yang sedang menikmati pertemuan indah dalam garis-garis takdir Allah.

***

"Berangkatlah, niscaya engkau akan mendapatkan ganti untuk semua yang engkau tinggalkan. Bersusahpayah-lah, sebab kenikmatan hidup direngkuh dalam kerja keras. Ketika air mengalir, ia akan menjadi jernih dan ketika berhenti, ia akan menjadi keruh. Sebagaimana anak panah, jika tak meninggalkan busurnya tak akan mengenai sasaran. Bijih emas yang belum diolah sama dengan debu di tempatnya. Maka ketika berangkat dan bekerja, dia akan mulia seperti bernilainya emas". ~Imam Syafi'i

*Cipatat, 11 November 2013.
(Dek, doakanlah kebaikan untuk orang-orang yang mendzolimi keluarga kita. Setidaknya kita telah belajar dari kesakithatian. Percaya, Alloh bersama orang-orang yang sabar. Pulanglah setelah membawa bekal ilmu agama yang banyak dan bermanfaat. Maslahat dunia akhirat)

0 komentar:

Posting Komentar